Belakangan, kejahatan terhadap perempuan makin merajalela. Sebut saja, penculikan di taksi atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Jangan tinggal diam! Bekali diri Anda dengan bela diri khusus perempuan.
Siapa yang tak kesal, sudah menjadi korban kejahatan, eh, disalahkan pula? Pasti kenal kalimat seperti ini: “Makanya, jangan keluar malam, biar enggak jadi incaran penjahat”, “Melawan suami, sih, jadi dihajar, deh”, atau “Pakai baju dan perhiasannya pasti seronok, tuh, enggak heran jadi korban perkosaan”. Wah, wah, wah. Ada 1001 alasan yang siap untuk memojokkan kaum hawa.
Tentu saja, situasi semacam ini bikin gerah. Apalagi tingkat kejahatan terhadap perempuan kian merajalela. “Tahun 2006 saja tercatat 20 ribu kasus KDRT,” tutur Titiana Adinda (29) kesal. Melihat fenomena ini perempuan yang akrab disapa Dinda ini pun langsung putar otak. Kebetulan, saat itu sekitar dua tahun lalu, ia mendapat tawaran dari seorang teman untuk mengajarkan teknik bela diri untuk kaum perempuan.
Awalnya alumnus Politeknik Akuntansi Universitas Indonesia ini sempat ragu. Sebab, metode bela diri untuk perempuan masih jarang di Indonesia. Tapi setelah mulai berkampanye di beberapa milis (mailing list), Dinda mendapat tanggapan positif. “Paling tidak setiap sesinya ada 25 orang yang ikut,” tuturnya yang kemudian mengkoordinir kegiatan tersebut dalam wadah Self Defense For Women (SDFW).
November 2006, SDFW mulai melakukan latihan pertama di kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat. Tetapi karena butuh lokasi yang lebih bersih untuk berlatih, baru-baru ini latihan pindah ke rumah pelatih SDFW, Fahmy Syarief (45), di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kegiatan Dinda ini bahkan menyedot perhatian PT. Elex Media Komputindo yang kemudian menerbitkan buku pelatihan SDFW karya Dinda dan Fahmy.
Sederhana dan Singkat
Sebetulnya apa, sih, yang diajarkan di SDFW ? Apa bisa efektif menangkis kejahatan yang mengintai perempuan ? Ya, tentu saja jangan bayangkan gerakannya serumit karate atau jurus kung fu ala Jet Li. Apalagi yang banyak ikut adalah perempuan pekerja yang tak banyak waktu luang. “Jadi lebih pada bela diri yang practical dan simple saja,” terang Fahmy.
Untuk itu selama dua bulan pemegang sabuk hitam tingkat 3 karate ini “meramu” gerakan-gerakan yang cocok untuk SDFW. Ia banyak mengambil teknik pelatihan dari buku-buku beladiri miliknya. Hasilnya, ia menggabungkan gerakan karate, tai chi dan arnis (seni bela diri yang berasal dari Filipina, red). Wah, seperti apa ya ?
Ternyata, ketika mengintip latihannya, cukup mudah lho. Bahkan gerakan-gerakan yang diajarkan Fahmy bisa dikuasai dalam 5 minggu atau 5 kali pertemuan. “Pertama yang saya latih adalah tangan, dada dan punggung. Seperti push up atau back up. Saya juga melatih refleks dengan latihan tamparan dan menangkis. Kedua, latihan bagian kaki, serangan-serangan dan gerakan kuncian,” paparnya sambil menirukan.
Terakhir, “Saya kuatkan otot paha dan pinggul. Saya percaya jika mereka tidak punya otot tidak bisa melakukan perlawanan. Latihannya pun singkat, hanya dua jam setiap pertemuan,” kata ayah tiga orang anak ini.
Metode self defense ini juga mengajarkan kepada anggotanya agar selalu waspada terhadap sekeliling. Sehingga ketika berhadapan dengan situasi membahayakan dapat secepatnya melakukan tindakan penyelamatan diri. Gerakan sederhana seperti mencakar, menampar dan mencubit bisa dijadikan jurus ampuh melumpuhkan lawan. “Benda sederhana seperti pensil atau bolpoin pun bisa dijadikan senjata jika digunakan dengan benar. Jadi, enggak perlu membawa senjata tajam atau lainnya,” katanya.
Jangan khawatir soal biaya. Peserta SDFW cukup bayar Rp 50 ribu untuk lima kali pertemuan. Karena, sambung Fahmy, yang ikut pelatihan ini kelas menengah ke bawah yang setiap hari naik angkutan umum dan rawan menjadi korban kejahatan. “Enggak mungkin yang ikut SDFW ini dari kelas atas, karena kalau kelas atas merasa kurang aman bisa menyewa body guard atau membeli peralatan keamanan,” paparnya. Nah, bagi yang ingin ikut pelatihan ini bisa daftar langsung melalui selfdefense_forwomen@yahoogroups.com.
Lebih Fun Dengan Musik
Selain SDFW, ada pula gerakan Women Self Defense (WSD) yang sejak 2002 banyak melatih perempuan ekspatriat di Jakarta. Adalah Teuku Rizal Djohan (35) bersama dua rekannya, Rigga dan Deddy, yang memulai gerakan WSD ini. “Awalnya kami diminta melatih anggota American Council for International Labour (ACIL) yang banyak travelling dan rawan dengan gangguan,” ungkap pria yang biasa dipanggil Rizal itu.
Rasa was-was akan keselamatan saudara perempuan dan pacarlah yang kemudian membuat Rizal semangat membuat konsep pelatihan WSD yang pas. Hingga awal 2004, Rizal dan kawan-kawan melatih para perempuan dari kalangan umum di Grande Body Life, Pasaraya Blok M. Lalu mulai dari pertengahan 2004 hingga akhir tahun 2006, WSD pun diajarkan di Executive Club Hotel Sultan. “Tapi sekarang saya lebih memilih untuk melatih WSD di perusahaan-perusahaan,” aku pria yang pernah mendapat medali perunggu di kejuaraan dunia Arnis Escrima di Jakarta, September 2007 silam.
Berbeda dengan SDFW, program WSD dapat dipelajari sebanyak 24 kali pertemuan. Lamanya sesi latihan, membuat Rizal sempat diprotes murid-muridnya. Alhasil, latihan di break down dalam tiga tingkatan, setiap tingkatan selesai dalam 8 kali pertemuan. Latihan WSD pun dibuat fun dengan menambah musik R&B atau Rock. “Sehingga peserta tidak cepat merasa capek atau membuat latihan ini jadi beban,” ungkap pria yang menguasai kickboxing, jujitsu, arnis dan aikido ini.
Nah, soal jurus bela diri Rizal mengajarkan metode hit and run. Menurutnya lebih baik menghindar daripada berlama-lama melakukan kontak dengan penyerang. Untuk mengunci atau menyerang itu butuh keahlian tinggi dan kemungkinan penyerang untuk lepas dan membalas itu lebih tinggi.
Meski begitu, “Saya tetap mengajarkan bagaimana menyerang titik tubuh tertentu. Misalnya titik dibawah dagu, jakun, ulu hati dan alat vital. Salah satu rujukannya saya ambil dari Krav Maga, seni bela diri asal Israel yang memang terbukti baik dipakai dalam urban survival.”
Jika anda ingin lebih mendalami beladiri, anda dapat mengikuti bela diri yang semakin berkembang sekarang ini. bukan hanya untuk sebagai perlindungan diri saja, tapi dapat menyehatkan tubuh, menambah wawasan dan memperluas pergaulan.
0 komentar:
Posting Komentar