Bela diri bukan sekadar cabang olah raga yang dipertandingkan untuk meraih piala. Dengan bela diri, seseorang dapat terlepas dari marabahaya.
Arti Kurniati, 19 tahun, merupakan contoh orang yang memanfaatkan bela diri untuk melawan penjahat.
Mahasiswa semester III Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan (Unimed) mampu mengalahkan perampok yang dilengkapi dengan senjata api.
Gadis yang bercita-cita menjadi polisi wanita (Polwan) ini merasa ketakutan saat ditodong pistol dan pisau yang dipegang perampok. Namun keberaniannya mendadak muncul saat ibunya meneriaki ”Keluarkan jurus kempo kau!”.
Dengan gerakan cepat, anak bungsu enam bersaudara ini mengeluarkan jurus mautnya.
”Saya memukul mata dan menendang bagian dada, sang perampok lalu terjatuh.
Kemudian, saya memitingnya dengan kuncian jurus kempo dan penjahat itu sempat melepaskan dua kali tembakan dan menggigit kedua tangan saya,” terang atlet kempo nasional ini.
Sebenarnya, Arti masih ingin menanyakan mengapa pelaku kejahatan tersebut bermaksud merampoknya. Namun belum sampai maksudnya tersampaikan, warga telah berdatangan dan menganiaya perampok tersebut hingga tewas.
Bela diri tidak hanya sekadar olah raga tanding. Namun cabang ini dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menanggulangi perampokan, pencopetan maupun penodongan.
Terutama bagi perempuan yang sering kali menjadi sasaran tindak kriminalitas.
Selain karena perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, umumnya mereka senang menggunakan barang-barang yang memancing perhatian pelaku kriminal, seperti perhiasan, gadget model mutakhir, maupun membawa uang dalam jumlah cukup banyak.
Apalagi saat ini bukan zamannya lagi perempuan hanya berdiam diri di dalam rumah.
Mereka telah mendapatkan kesempatan yang sama dengan pria untuk mengembangkan karier di luar rumah. Karena tuntutan kerja, adakalanya profesi yang dijalani menuntut untuk pulang hingga larut malam.
Alasan lain adalah jarak rumah yang berjauhan dengan tempat kerja. Akhirnya, para perempuan pekerja tersebut baru sampai rumah saat menjelang malam bahkan tengah malam.
Di sisi lain, pada waktu tersebut rawan terjadi tindak kejahatan karena suasana cenderung sepi.
Untuk menjaga keamanan diri, tidak ada salahnya bagi kaum wanita membekali dirinya dengan ilmu bela diri. Sebagai cara untuk menangkis serangan atau dalam kondisi tertentu untuk melawan para penjahat.
Butuh Latihan
Bela diri atau yang dikenal sebagai martial art terdapat bermacam-macam aliran, seperti karate, aikido, silat, wushu, kempo, judo, dan sebagainya.
Hampir semua bela diri diminati perempuan. “Karate tidak mengenal gender, semua dapat berlatih bela diri ini,” terang Madju Dharyanto, Ketua Bidang Pembina Prestasi PB Forki.
Tidak hanya karate, pada cabang silat peminat perempuan menekuni olah raga ini tidak berbeda dengan pria.
“Perbedaannya tidak signifikan,” terang Bambang Rus Effendi, Ketua IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) serta pelatih dalam pencak silat Merpati Putih.
Baginya, jumlah laki-laki maupun perempuan yang ingin mempelajari silat tidak terlalu tinggi perbedaannya. Bahkan, kelas yang ditandingkan sama, seperti 45 kilogram maupun 70 kilogram.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan bahwa keikutsertaan perempuan dalam cabang silat mulai tampak pada kurun 1980-an. ”Sebab saat itu, perempuan mulai ikut bertanding dalam silat,” katanya.
Sementara Madju berpendapat animo perempuan yang memiliki minat dalam bela diri cukup tinggi.
Hal ini terlihat jika dalam suatu kompetisi, jumlah peserta perempuan tidak kalah banyak dengan peserta pria. Selain itu, saat pertandingan supporter kompetisi tidak hanya pria tetapi juga perempuan.
Dalam bela diri yang terpenting tidak sekadar menguasai jurus, namun peserta harus rajin latihan. Sebab dengan begitu, kekuatan tubuh makin bertambah.
Saat mengeluarkan energi seperti menendang atau memukul, inner power atau energi yang ada dalam tubuh akan muncul dengan sendirinya.
Bagi orang yang sering berlatih bela diri dapat mengeluarkan energi 100 persen lebih besar dibandingkan orang yang tidak berlatih.
Selain untuk menyimpan energi, latihan akan mempertajam pemain dalam menyerang titik lemah lawan.
Dengan ketepatan penyerangan pada bagian ini, pemain dapat melumpuhkan lawan bahkan mematikannya.
Titik-titik lemah manusia antara lain terdapat pada rusuk atas, ulu hati, dan bawah tenggorokan.
Jika bagian tersebut dilakukan serangan dengan tepat maka lawan dapat langsung tewas.
Serangan dapat dilakukan hanya dengan sodokan nukite pada karate. Suatu sodokan dengan posisi tangan mengepal tapi jari telunjuk lebih tinggi dibanding jari lain.
Gerakan Terarah
Sebagai ilmu yang digunakan untuk melemahkan lawan, silat dapat dipelajari selama kurun waktu satu tahun.
Dalam masa ini, peserta akan mempelajari latihan dasar untuk kuda-kuda, tendangan serta bantingan. Jika telah memiliki dasar, bentuk latihan tersebut dapat dilatih sendiri.
“Latihan silat dapat dilakukan di mana saja, seperti di lorong kamar. Sebab silat tidak memerlukan ruangan khusus,” terang Madju. Dengan memiliki dasar maka gerakan akan terarah dan tidak sembarangan.
Cabang bela diri silat ini sebenarnya memiliki dua klasifikasi, yaitu tanding dan seni.
Bambang menjelaskan jika silat sebagai tanding maka cabang ini digunakan untuk berkelahi dan di dalamnya ada wasit yang menengahi. Sementara jika silat untuk seni, maka gerakannya telah ada urut-urutannya, misal setelah menangkis lalu menyerang.
Dalam Merpati Putih, Bambang mengatakan bahwa salah satu gerakan silat adalah mucul dari pernapasan. Pada dasarnya, orang setiap hari bernapas.
Namun pada silat, pernapasan ini dilatih kembali untuk mengumpulkan energi. Pernapasan ini merupakan modal pembentukan inner power. Suatu energi yang akan muncul dengan sendirinya saat melakukan gerakan.
Latihan pernapasan dapat dilakukan dengan menarik napas panjang sampai dada membusung.
Dalam kondisi ini, tubuh akan menghirup oksigen dan paru-paru bekerja secara maksimal. Dengan latihan pernapasan yang dilakukan berulang kali, tenaga yang dimiliki pesilat dapat mengeluarkan kekuatan sebanyak 100 persen.
Sementara pada orang biasa tenaga yang dikeluarkan sebanyak 25 persen. Selain tenaga, peserta menjadi tenang saat berhadapan dengan lawan tidak merasa grogi.
Namun silat tidak hanya terbatas latihan pernapasan, bela diri ini mesti diikuti dengan latihan yang lainnya. Seperti latihan fisik, latihan ini berupa sit up, push up, jumping, dan lari.
Latihan berikutnya dalam bela diri silat adalah sistem, yaitu latihan berupa tangkis, pukul, tendangan, ataupun keserasian gerakan. Sementara silat sebagai suatu bekal bela diri dapat dipelajari minim dalam kurun waktu enam bulan.
Dalam kurun waktu tersebut, peserta telah mendapatkan gerakan silat praktis untk menyerang lawan.
Seperti memukul pada ulu hati lawan. Tangan kiri digunakan sebagai menangkis gerakan lawan dengan tangan kanan digunakan untuk memukul lawan. Pukulan semacam ini dapat membuat lawan pingsan.
0 komentar:
Posting Komentar